Minggu, 10 Mei 2015

Kebudayaan Suku Asmat di Papua


Pengertian Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi pedoman bagi tingkah lakunya. Suatu kebudayaan merupakan milik bersama anggota suatu masyarakat atau suatu golongan sosial, yang penyebarannya kepada anggota-anggotanya dan pewarisannya kepada generasi berikutnya dilakukan melalui proses belajar dan dengan menggunakan simbol-simbol yang terwujud dalam bentuk yang terucapkan maupun yang tidak (termasuk juga berbagai peralatan yang dibuat oleh manusia).
Dengan demikian, setiap anggota masyarakat mempunyai suatu pengetahuan mengenai kebudayaannya tersebut yang dapat tidak sama dengan anggota-anggota lainnya, disebabkan oleh pengalaman dan proses belajar yang berbeda dan karena lingkungan-lingkungan yang mereka hadapi tidak selamanya sama.
Sejarah Suku Asmat
            Papua (suku asmat) terletak tepat di sebelah selatan garis khatulistiwa, namun kerana daerahnya yang bergunung-gunung maka iklim di Papua sangat bervariasi melebihi daerah Indonesia lainnya.Di daerah pesisiran barat dan utara beriklim tropika lembap dengan tadahan hujan rata-rata berjumlah diantara 1.500 – 7.500 mm pertahun.Tadahan hujan tertinggi terjadi di pesisir pantai utara dan di pegunungan tengah, sedangkan tadahan hujan terendah terjadi di pesisir pantai selatan.Suhu udara bervariasi sejajar dengan bertambahnya ketinggian. Untuk setiap kenaikan ketinggian 100 m ( 900 kaki ), secara rata-rata suhu akan menurun 0.6 °C.
            Suku Asmat terletak pada kedudukan 0° 19′ – 10° 45′ LS dan 130° 45′ – 141° 48′ BT, menempati sesetengah bahagian barat dari Papua New Guinea yang merupakan pulau terbesar kedua selepas Greenland. Secara fizikal, Papua merupakan daerah (provinsi) terbesar di Indonesia, dengan luas daratan 21,9% dari jumlah kesuluruhan tanah seluruh Indonesia iaitu 421,981 km², membujur dari barat ke timur (Sorong – Jayapura) sepanjang 1,200 km (744 batu) dan dari utara ke selatan (Jayapura- Merauke) sepanjang 736 km (456 batu).
           
            Selain daripada tanah yang luas, Papua juga memiliki banyak pulau sepanjang pesisirannya.Di pesisiran utara terdapat Pulau Biak, Numfor, Yapen dan Mapia.Pada bahagian barat ialah Pulau Salawati, Batanta, Gag, Waigeo dan Yefman.Pada pesisiran Selatan terdapat pula Pulau Kalepon, Komoran, Adi, Dolak dan Panjang, sedangkan di bahagian timur bersempadan dengan Papua New Guinea.
           
            Seperti telah kita ketahui bahwa Indonesia terdiri dari berbagai jenis suku dengan aneka adat istiadat yang berbeda satu samalain.Suku-suku tersebut ada yang tinggal di pesisir pantai, perkotaan bahkan dipedalaman.Salah satu diantaranya Suku Asmat.Suku Asmat berada di antara Suku Mappi, Yohukimo dan Jayawijaya di antara berbagai macam suku lainnya yang ada di Pulau Papua. Sebagaimana suku lainnya yang berada di wilayah ini, Suku Asmat ada yang tinggal di daerah pesisir pantai dengan jarak tempuh dari 100 km hingga 300 km, bahkan Suku Asmat yang berada di daerah pedalaman, dikelilingi oleh hutan heterogen yang berisi tanaman rotan, kayu (gaharu) dan umbi-umbian dengan waktu tempuh selama 1 hari 2 malam untuk mencapai daerah pemukiman satu dengan yang lainnya. Sedangkan jarak antara perkampungan dengan kecamatan sekitar 70 km. Dengan kondisi geografis demikian, maka berjalan kaki merupakan satu-satunya cara untuk mencapai daerah perkampungan satu dengan lainnya.
           
            Secara umum, kondisi fisik anggota masyarakat Suku Asmat, berperawakan tegap, hidung mancung dengan warna kulit dan rambut hitam serta kelopak matanya bulat.Disamping itu, Suku Asmat termasuk ke dalam suku Polonesia, yang juga terdapat di New Zealand, Papua Nugini.

Kehidupan Adat Istiadat Suku Asmat
            Suku asmat adalah sebuah suku di papua.suku asmat dikenal dengan hasil ukiran 
kayunya yang unik. Populasi suku asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbada satu sama lain dalam hal cara hidup,sturktur sosial dan ritual.Populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi kedalam dua bagian yaitu suku bisman yang berada di antara sungai sinesty dan sungai nin serta suku simai.
            Seperti masyarakat pada umumnya, dalam menjalankan proses kehidupannya, masyarakat Suku Asmat juga mempunyai ritual atau acara-acara khusus, yaitu :
1. Kehamilan
            Selama proses ini berlangsung, bakal generasi penerus dijaga dengan baik agar dapat lahir dengan selamat dengan bantuan ibu kandung atau ibu mertua.
2. Kelahiran
            Tidak lama setelah kelahiran bayi dilaksanakan upacara selamatan secara sederhana dengan acara pemotongan tali pusar yang menggunakan Sembilu, alat yang terbuat dari bambu yang dilanjarkan.Selanjutnya, diberi ASI sampai berusia 2 tahun atau 3 tahun.
3. Pernikahan
            Pernikahan berlaku bagi suku Asmat yang telah berusia 17 tahun dan dilakukan oleh pihak orang tua lelaki setelah kedua belah pihak mencapai kesepakatan dan melalui uji keberanian untuk membeli wanita dengan mas kawinnya piring antik yang berdasarkan pada nilai uang kesepakatan kapal perahu Johnson, bila ternyata ada kekurangan dalam penafsiran harga perahu Johnson, maka pihak pria wajib melunasinya dan selama masa pelunasan pihak pria dilarang melakukan tindakan aniaya walaupun sudah diperbolehkan tinggal dalam satu atap.



4. Kematian


            Bila kepala suku atau kepala adat yang meninggal, maka jasadnya disimpan dalam bentuk mumi dan dipajang di depan joglo suku ini, tetapi bila masyarakat umum, jasadnya dikuburkan. Proses ini dijalankan dengan iringan nyanyian berbahasa Asmat dan pemotongan ruas jari tangan dari anggota keluarga yang ditinggalkan.
Adat Kebiasaan
            Dalam kehidupan masyarakat Suku Asmat, masih banyak kebiasaan yang sangat aneh.Salah satunya, kebiasaan mereka yang sangat mengerikan dan sulit diterima akal sehat, yaitu saat mereka membunuh musuhnya.
            Mereka masih menggunakan cara-cara zaman prasejarah.Setelah dibunuh, mayat musuh tersebut dibawa pulang ke kampung.Di kampung, mayat tersebut dipotong-potong, lalu dibagi-bagi ke seluruh penduduk.Para penduduk itu berkumpul dan memakan potongan mayat bersama-sama.Ketika memakan mayat itu bersama-sama, para penduduk menyanyikan lagu yang mereka sebut dengan lagu kematian. Tak cukup sampai di sana, mereka pun memenggal kepala si mayat. Otak mayat itu diambil, kemudian dibungkus dengan daun sagu.Setelah itu, otak tersebut dipanggang untuk dimakan bersama-sama.Betapa mengerikan.
            Orang-orang Asmat pandai membuat hiasan ukiran.Hebatnya, mereka membuat ukiran tanpa membuat sketsa terlebih dahulu.Ukiran-ukiran yang mereka buat memiliki makna, yaitu persembahan dan ucapan terima kasih kepada nenek moyang. Bagi Suku Asmat, mengukir bukan pekerjaan biasa. Mengukir adalah jalan bagi mereka untuk berhubungan dengan para leluhur.
            Orang-orang Suku Asmat percaya bahwa roh orang yang sudah meninggal dapat menyebabkan bencana bagi orang yang masih hidup, menyebabkan peperangan, juga menyebarkan penyakit. Untuk menghindari hal tersebut, orang-orang Suku Asmat akan membuat patung dan menyelenggarakan berbagai macam pesta. Di antaranya adalah Pesta Bis, Pesta Perah, Pesta Ulat Sagu, dan Pesta Topeng.
            Ada banyak pertentangan di antara desa asmat.yang paling mengerikan adalah cara yang dipakai suku asmat membunuh musuhnya. ketika musuh bunuh, mayatnya dibawa kekampung, kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk memakan bersama. mereka menyanyikan lagu kematian dan memenggal kepalanya. otaknya dibunngkus daun sago dan dipanggang kemudian dimakan.
Berhias 
            Kehidupan Suku Asmat belum banyak terpengaruh oleh kehidupan modern.Salah satu contohnya adalah kebiasaan berhias. Mereka masih berhias sesuai dengan cara mereka sendiri. Mereka mencoreng wajah dengan berbagai warna. Warna-warna tersebut mereka peroleh dengan cara yang sangat sederhana. Warna yang mereka gunakan untuk menghias wajah adalah warna merah, putih, dan hitam.
            Untuk warna merah, mereka dapatkan dari tanah merah yang banyak di sekitar mereka.Warna putih mereka dapatkan dari kulit kerang yang sebelumnya ditumbuk sampai halus.Dan, warna hitam, mereka dapatkan dari arang kayu, yang juga ditumbuk sampai halus. Selain budaya, penduduk kampung syuru juga amat piawai membuat ukiran seperti suku asmat umumnya.
            Ukiran bagi suku asmat bisa menjadi penghubung antara kehidupan masa kini dengan kehidupan leluhur.di setiap ukiran bersemayam citra dan penghargaan atas nenek moyang mereka yang sarat dengan kebesaran suku asmat.
            Patung dan ukiran umumnya mereka buat tanpa sketsa.bagi suku asmat kala menukir patung adlah saat di mana mereka berkomunikasi dengan leluhur yag ada di alam lain. itu dimungkinkan karena mereka mengenal tiga konsep dunia: Amat ow capinmi (alam kehidupan sekarang), Dampu ow campinmi (alam pesinggahan roh yang sudah meninggal), dan Safar (surga).
            Percaya sebelum memasuki dusurga< arwah orang sudah meninggal akan mengganggu manusia. gangguan bisa berupa penyakit, bencana bahkan peperangan. Maka, demi menyelamatkan manusia serta menebus arwah, mereka yang masih hidup membuat patung dan mengelar pesta seperti pesta patung bis (Bioskokombi), pesta topeng, pesta perahu, dan pesta ulat ulat sagu.
            Konon patung bis adalah bentuk patung yang paling sakral. namun kini membuat patung bagi suku asmat tidak sekadar memenuhi panggilan tradisi. sebab hasil ukiran itu juga mereka jual kepada orang asing di saat pesta ukiran. mereka tahu hasil ukiran tangan dihargai tinggi antara Rp. 100 ribu hingga jutaan rupiah diluar papua.
Mata Percaharian  (Sistem Perekonomian)
            Perekonomian suku Asmat mulai dibangun oleh Belanda melalui cabang perusahaan Imex Lumber Trade Company, bekerja sama dengan organisasi-organisasi penyiaran Agama Katholik, Belanda dan Kristen Amerika. Adat istiadat penyuluhan dihapus oleh Pemerintah RI dan melarang lembaga Yew, diganti dengan Balai Desa.Pembiayaan pembangunaan Irian jaya diperoleh dari bantuan melalui FUNDWI (Fund for the Development of West Irian).Peningkatan kesejahteraan suku Asmat terutama seni patung dan seni ukir, serta membina seniman asli (wow ipits) untuk meningkatkan kreativitasnya.
            Orang-orang Asmat merasa dirinya bagian dari alam.Karena itulah mereka sangat menghormati dan menjaga alam sekitarnya bahkan, pohon di sekitar tempat hidup mereka dianggap menjadi gambaran dirinya.Batang pohon menggambarkan tangan.Buah menggambarkan kepala.Akar menggambarkan kaki.Sehari-hari orang Asmat bekerja di lingkungan sekitarnya, terutama untuk mencari makan.Anak-anak harus membantu orangtuanya.Mereka mencari umbi, udang, kerang, kepiting, dan belalang untuk dimakan.Sementara itu para bapak menebang pohon sagu serta berburu binatang di hutan.Bahan makanan yang sudah terkumpul dimasak oleh para ibu.Selain punya tugas memasak, para ibu juga mempunyai tugas menjaring ikan di rawa-rawa.
            Kebiasaan bertahan hidup dan mencari makan antara suku yang satu dengan suku yang lainnya di wilayah Distrik Citak-Mitak ternyata hampir sama. suku asmat darat, suku citak dan suku mitak mempunyai kebiasaan sehari-hari dalam mencari nafkah adalah berburu binatang hutan separti, ular, kasuari< burung< babi hitan< komodo dll. mereka juga selalu meramuh / menokok sagu sebagai makan pokok dan nelayan yakni mencari ikan dan udang untuk dimakan. kehidupan dari ketiga suku ini ternyata telah berubah.
            Dalam kehidupannya, Suku Asmat memiliki 2 jabatan kepemimpinan, yaitu a. Kepemimpinan yang berasal dari unsur pemerintah dan b. Kepala adat/kepala suku yang berasal dari masyarakat.Sebagaimana lainnya, kapala adat/kepala suku dari Suku Asmat sangat berpengaruh dan berperan aktif dalam menjalankan tata pemerintahan yang berlaku di lingkungan ini. Karena segala kegiatan di sini selalu didiihului oleh acara adat yang sifatnya tradisional, sehingga dalam melaksanakan kegiatan yang sifatnya resmi, diperlukan kerjasama antara kedua pimpinan sangat diperlukan untuk memperlancar proses tersebut.
Sistem Politik (Pemerintahan)
            Dalam sistem politik kemasyarakatan Asmat terdapat struktur paroh masyarakat dan pimpinan suku bangsa Asmat.



1.    Struktur Paroh Masyarakat
            Masyarakat suku bangsa Asmat juga mengenal struktur paroh masyarakat atau aipem.Pemimpin aipem berinisiatif\ membicarakan pelaksanaan suatu aktivitas berburu, berkebun, merencanakan pengayuan yang memerlukan banyak orang.
2.    Pemimpin Suku Asmat
            Pemimpin suku Asmat sederajat dengan warga lain, tetapi ia harus pandai dan ahli dalam pekerjaan atau aktivitas sosial tertentu. Ahli lain yang dianggap lebih terhormat dari pada pemimpin adalah seniman pahat atau wow ipits.
Dalam kehidupannya, Suku Asmat memiliki 2 jabatan kepemimpinan, yaitu
a. Kepemimpinan yang berasal dari unsur pemerintah dan
b. Kepala adat/kepala suku yang berasal dari masyarakat.
       Sebagaimana lainnya, kapala adat/kepala suku dari Suku Asmal sangat berpengaruh dan berperan aktif dalam menjalankan tata pemerintahan yang berlaku di lingkungan ini. Karena segala kegiatan di sini selalu didiihului oleh acara adal yang sifatnya tradisional, sehingga dalam melaksanakan kegiatan yang sifatnya resmi, diperlukan kerjasama antara kedua pimpinan sangat diperlukan untuk memperlancar proses tersebut.
       Bila kepala suku telah mendekati ajalnya, maka jabatan kepala suku tidak diwariskan ke generasi berikutnya, tetapi dipilih dari orang yang berasal dari fain, atau marga tertua di lingkungan tersebut atau dipilih dari seorang pahlawan yang berhasil dalam peperangan.
Sistem Kesenian
            Kesenian suku bangsa asmat erat kaitannya degan kehidupan religinya.Benda-benda kesenian asmat yang amat menarik adalah tiang-tiang Mbis dan perisai-perisai. Mbis dan perisai itu dapat diklasifikasikan kedalam 4 daerah yaitu :
a.     Gaya seni Asmat Hilir dan hulu sungai yang mengalir ke dalam teluk flamingo dan arah Pantai Casuarina benda kesenian gaya ini tergolong paling terkenal sejak tahun 1912. Sejak zaman ekspedisi militer Belanda pertama mereka tertarik pada tiang-tiang Mbis dengan patung-patung yang tersusun dari atas ke bawah menurut tata urut silsilah nenek moyang.
b.     Gaya Seni Asmat Barat Laut Kesenian perisai orang asmat barat laut berbentuk lonjong dengan bagian bawah yang agak melebar dan biasanya lebih padat dibanding perisai kesenian Asmat Hilir.
c.      Gaya Seni Asmat Timur Laut tampak khusus pada bentuk hiasan perisai yang biasanya berukuran sangat besar, kadang-kadang sampai melebihi tinggi orang.
d.     Gaya Seni Asmat Daerah Sungai Brazza, hal yang membuat gaya seni Asmat daerah sungai Brazza berbeda dengan yang lain adalah bagian kepalanya yang biasanya terpisah dari badan.
e.     Patung bis, adalah bentuk patung yang paling sakral. Namun kini membuat patung bagi Suku Asmat tidak sekadar memenuhi panggilan tradisi, sebab hasil ukiran itu juga mereka jual kepada orang asing di saat pesta ukiran.Mereka tahu hasil ukiran tangan dihargai tinggi antara Rp 100 ribu hingga jutaan rupiah di luar Papua.Patung dan ukiran umumnya mereka buat tanpa sketsa. Bagi Suku Asmat, di saat mengukir patung adalah saat di mana mereka berkomunikasi dengan leluhur yang ada di alam lain. Hal itu dimungkinkan karena mereka mengenal tiga konsep dunia: Amat ow capinmi (alam kehidupan sekarang), Dampu ow campinmi (alam pesinggahan roh yang sudah meninggal), dan Safar (surga).
f.      Jenis tarian-tarian yang kita kenal di Suku Asmat : Tarian ular menghormati Maapuru puau, Tari Manaweang , Tejalu Meto’e, Tarian Iyaphae Oophae , Tarian akhokoy.

Rumah Adat

            Suku Asmat memiliki rumah adat suku Asmat bernama Jew (Rumah Bujang).Rumah Jew memang memiliki posisi yang istimewa dalam struktur suku Asmat.  Di rumah bujang ini, dibicarakan segala urusan yang menyangkut kehidupan warga, mulai dari perencanaan perang, hingga keputusan menyangkut desa mereka.Jew adalah tempat yang dianggap sakral bagi suku Asmat.Ada sejumlah aturan adat di dalamnya yang harus dipelajari dan dipahami oleh orang Asmat sendiri, termasuk syarat membangun Jew.

Di dalam rumah adat suku Asmat ini juga tersimpan persenjataan suku Asmat seperti, tombak, panah untuk berburu, dan Noken. Noken adalah serat tumbuhan yang dianyam  menjadi sebuah tas. Tidak sembarang orang boleh menyentuh noken yang disimpan di dalam rumah adat suku Asmat ini.  Noken ini dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit.Ada syarat dan terapi-terapi tertentu yang harus dipatuhi pasien dan dipastikan sembuh. 
Seorang suku asmat di rumah bujang tersebut menceritakan bahwa pasien yang berobat secara adat, asal mematuhi aturan-aturan tersebut, kelak akan sembuh dalam waktu singkat.
Berikut beberapa hal menyangkut rumah adat suku Asmat (Jew) :
  • Rumah adat suku Asmat yang dibuat dari kayu ini selalu didirikan menghadap ke arah sungai.
  • Panjang rumah adat suku Asmat ini bisa berpuluh-puluh meter. Bahkan ada Jew yang panjangnya bisa sampai lima puluh meter dengan lebar belasan meter.
  • Sebagai tiang penyangga utama rumah adat suku Asmat, mereka menggunakan kayu besi yang kemudian diukir dengan seni ukir suku Asmat
  • Mereka tidak menggunakan paku atau bahan-bahan non alami lainnya, tapi orang Asmat menggunakan bahan-bahan dari alam seperti tali dari rotan dan akar pohon.
  • Atap rumah adat suku Asmat ini terbuat dari daun sagu atau daun nipah yang telah dianyam. Biasanya warga duduk beramai-ramai menganyamnya sampai selesai.
  • Jumlah pintu jew sama dengan jumlah tungku api dan patung bis. Patung Bis mencerminkan gambaran leluhur dari masing-masing rumpun suku Asmat. Mereka percaya patung- patung ini akan menjaga rumah mereka dari pengaruh jahat.Jumlah pintu ini juga dianggap mencerminkan jumlah rumpun suku Asmat yang berdiam di sekitar rumah adat suku asmat.
Praktik Kanibalisme
            Ketika terjadi pertentangan, suku Asmat membunuh musuhnya dan mayatnya dibawa ke kampung, kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk dimakan bersama.Mereka menyanyikan lagu kematian dan memenggalkan kepalanya.Otaknya dibungkus daun sago yang dipanggang dan dimakan.Seiring perkembangan zaman, hal ini sudah tidak pernah terjadi lagi.

Persebaran
            Suku asmat tersebar dan mendiami wilayah disekitar pantai laut arafuru dan hutan belantara di pegunungan jayawijaya. Dalam kehidupan suku Asmat, batu sangat berharga bagi mereka dan dapat dijadikan sebagai mas kawin. Hal ini karena tempat tinggal suku Asmat yang berada di rawa-rawa sangat sulit menemukan batu-batu yang berguna untuk membuat kapak, palu, dan sebagainya.
Kesimpulan
            Menurut saya kebudayaan apapun yang ada di negara kita tercinta yaitu Indonesia harus kita hargai sebagai warisan peninggalan nenek moyang kita. Kita harus menjaga kebudayaan tersebut dan kita kenalkan pada penerus kita nanti. Kita sebagai rakyat Indonesia harus bangga dengan budaya asli tanah air kita, kita harus melestarikan budaya tersebut. Dan pemerintah harus menindak tegas jika ada yang mengambil kebudayaan nasional negara kita, kebudayaan adalah warisan leluhur kita jadi kita sebagai bangsa Indonesia bersama-sama menjaga kebudayaan nasional kita. Kalo tidak sekarang kapan lagi dan kalau bukan kita siapa lagi.
            Sesuai dengan Semboyan negara kita “Walaupun Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu Jua” yang berarti walaupun kita berbeda Agama, Suku, Ras dll kita harus tetap satu yaitu Bangsa Indonesia. Kita bersama-sama membangun negeri ini untuk kemajuan negeri ini dan kita lah yang akan merasakan hasilnya seperti pepatah mengatakan “Barang siapa yang menanan pasti akan memetik” Jadi apa yang kita lakukan pada negeri ini pasti kita akan merasakan hasilnya jerih payah yang kita lakukan.
Saran
Adapun saran yang ingin saya sampaikan kepada pembaca adalah agar makalah ini dapat menambah pengetahuan lagi mengenai kebudayaan Indonesia.Selain itu, diharapkan juga agar para pembaca dapat mengenal atau mengetahui kebudayaan yang ada di Indonesia.Sehingga, kita dapat bersama-sama melestarikan budaya Indonesia yang ada.Agar kita tidak lebih banyak lagi kehilangan budaya kita.


Sumber Referensi

Suwarto W.A, AgusSumali. (2007). IlmuPengetahuanSosial, Bandung:Yudhistira.

shttp://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Asmatunting (Di aksespadatanggal 21 Januari 2012, pukul 21:32 WIB)

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1893522-suku-asmat/#ixzz1k6R8ygcG (Di aksespadatanggal 21 Januari 2012, pukul 21:34 WIB)

http://www.lestariweb.com/Indonesia/Papua_People_Asmat.htm (Di aksespadatanggal 21 Januari 2012, pukul 21:36 WIB)

http://www.katcenter.info (Di aksespadatanggal 21 Januari 2012, pukul 21:38 WIB)

hhttp://asmat-galery.blogspot.com/ttp://www.infopapua.com (Di aksespadatanggal 21 Januari 2012, pukul 21:40 WIB)

http://budayapapua.wordpress.com (Di aksespadatanggal 21 Januari 2012, pukul 21:43 WIB)



http://andaru24.wordpress.com/2011/05/26/suku-asmat/ (Di aksespadatanggal 21 Januari 2012, pukul 21:50 WIB)

http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Asmat diaksestanggal 20 januari 2015

http://www.academia.edu/7723813/Makalah_suku_Asmat_print diaksestanggal 20 januari 2015


 



Parallel Computing (CUDA)