Pengertian
Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau
akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu
keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk
memahami dan menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi
pedoman bagi tingkah lakunya. Suatu kebudayaan merupakan milik bersama anggota
suatu masyarakat atau suatu golongan sosial, yang penyebarannya kepada
anggota-anggotanya dan pewarisannya kepada generasi berikutnya dilakukan
melalui proses belajar dan dengan menggunakan simbol-simbol yang terwujud dalam
bentuk yang terucapkan maupun yang tidak (termasuk juga berbagai peralatan yang
dibuat oleh manusia).
Dengan demikian, setiap anggota masyarakat
mempunyai suatu pengetahuan mengenai kebudayaannya tersebut yang dapat tidak
sama dengan anggota-anggota lainnya, disebabkan oleh pengalaman dan proses
belajar yang berbeda dan karena lingkungan-lingkungan yang mereka hadapi tidak
selamanya sama.
Sejarah Suku Asmat
Papua
(suku asmat) terletak tepat di sebelah selatan garis khatulistiwa, namun kerana
daerahnya yang bergunung-gunung maka iklim di Papua sangat bervariasi melebihi
daerah Indonesia lainnya.Di daerah pesisiran barat dan utara beriklim tropika
lembap dengan tadahan hujan rata-rata berjumlah diantara 1.500 – 7.500 mm
pertahun.Tadahan hujan tertinggi terjadi di pesisir pantai utara dan di
pegunungan tengah, sedangkan tadahan hujan terendah terjadi di pesisir pantai
selatan.Suhu udara bervariasi sejajar dengan bertambahnya ketinggian. Untuk
setiap kenaikan ketinggian 100 m ( 900 kaki ), secara rata-rata suhu akan
menurun 0.6 °C.
Suku
Asmat terletak pada kedudukan 0° 19′ – 10° 45′ LS dan 130° 45′ – 141° 48′ BT,
menempati sesetengah bahagian barat dari Papua New Guinea yang merupakan pulau
terbesar kedua selepas Greenland. Secara fizikal, Papua merupakan daerah
(provinsi) terbesar di Indonesia, dengan luas daratan 21,9% dari jumlah
kesuluruhan tanah seluruh Indonesia iaitu 421,981 km², membujur dari barat ke
timur (Sorong – Jayapura) sepanjang 1,200 km (744 batu) dan dari utara ke
selatan (Jayapura- Merauke) sepanjang 736 km (456 batu).
Selain daripada tanah yang
luas, Papua juga memiliki banyak pulau sepanjang pesisirannya.Di pesisiran
utara terdapat Pulau Biak, Numfor, Yapen dan Mapia.Pada bahagian barat ialah
Pulau Salawati, Batanta, Gag, Waigeo dan Yefman.Pada pesisiran Selatan terdapat
pula Pulau Kalepon, Komoran, Adi, Dolak dan Panjang, sedangkan di bahagian
timur bersempadan dengan Papua New Guinea.
Seperti
telah kita ketahui bahwa Indonesia terdiri dari berbagai jenis suku
dengan aneka adat istiadat yang berbeda satu samalain.Suku-suku tersebut ada yang tinggal di
pesisir pantai, perkotaan bahkan dipedalaman.Salah satu diantaranya Suku
Asmat.Suku Asmat berada di antara Suku Mappi, Yohukimo dan Jayawijaya di antara
berbagai macam suku lainnya yang ada di Pulau Papua. Sebagaimana suku lainnya
yang berada di wilayah ini, Suku Asmat ada yang tinggal di daerah pesisir
pantai dengan jarak tempuh dari 100 km hingga 300 km, bahkan Suku Asmat yang
berada di daerah pedalaman, dikelilingi oleh hutan heterogen yang berisi
tanaman rotan, kayu (gaharu) dan umbi-umbian dengan waktu tempuh selama 1 hari
2 malam untuk mencapai daerah pemukiman satu dengan yang lainnya. Sedangkan
jarak antara perkampungan dengan kecamatan sekitar 70 km. Dengan kondisi
geografis demikian, maka berjalan kaki merupakan satu-satunya cara untuk
mencapai daerah perkampungan satu dengan lainnya.
Secara
umum, kondisi fisik anggota masyarakat Suku Asmat, berperawakan tegap, hidung
mancung dengan warna kulit dan rambut hitam serta kelopak matanya
bulat.Disamping itu, Suku Asmat termasuk ke dalam suku Polonesia, yang juga
terdapat di New Zealand, Papua Nugini.
Kehidupan Adat Istiadat Suku Asmat
kayunya
yang unik. Populasi
suku asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang
tinggal di bagian pedalaman. Kedua
populasi ini saling berbada satu sama lain dalam hal cara hidup,sturktur sosial
dan ritual.Populasi
pesisir pantai selanjutnya terbagi kedalam dua bagian yaitu suku bisman yang
berada di antara sungai sinesty dan sungai nin serta suku simai.
Seperti masyarakat pada umumnya,
dalam menjalankan proses kehidupannya, masyarakat Suku Asmat juga mempunyai
ritual atau acara-acara khusus, yaitu :
1.
Kehamilan
Selama proses ini berlangsung, bakal
generasi penerus dijaga dengan baik agar dapat lahir dengan selamat dengan
bantuan ibu kandung atau ibu mertua.
2.
Kelahiran
Tidak lama setelah kelahiran bayi
dilaksanakan upacara selamatan secara sederhana dengan acara pemotongan tali
pusar yang menggunakan Sembilu, alat yang terbuat dari bambu yang
dilanjarkan.Selanjutnya, diberi ASI sampai berusia 2 tahun atau 3 tahun.
3.
Pernikahan
Pernikahan berlaku bagi suku Asmat
yang telah berusia 17 tahun dan dilakukan oleh pihak orang tua lelaki setelah
kedua belah pihak mencapai kesepakatan dan melalui uji keberanian untuk membeli
wanita dengan mas kawinnya piring antik yang berdasarkan pada nilai uang
kesepakatan kapal perahu Johnson, bila ternyata ada kekurangan dalam penafsiran
harga perahu Johnson, maka pihak pria wajib melunasinya dan selama masa
pelunasan pihak pria dilarang melakukan tindakan aniaya walaupun sudah
diperbolehkan tinggal dalam satu atap.
4.
Kematian
Bila kepala suku atau kepala adat
yang meninggal, maka jasadnya disimpan dalam bentuk mumi dan dipajang di depan
joglo suku ini, tetapi bila masyarakat umum, jasadnya dikuburkan. Proses ini
dijalankan dengan iringan nyanyian berbahasa Asmat dan pemotongan ruas jari
tangan dari anggota keluarga yang ditinggalkan.
Adat Kebiasaan
Dalam kehidupan
masyarakat Suku Asmat, masih banyak kebiasaan yang sangat aneh.Salah satunya,
kebiasaan mereka yang sangat mengerikan dan sulit diterima akal sehat, yaitu
saat mereka membunuh musuhnya.
Mereka masih
menggunakan cara-cara zaman prasejarah.Setelah dibunuh, mayat musuh tersebut
dibawa pulang ke kampung.Di kampung, mayat tersebut dipotong-potong, lalu
dibagi-bagi ke seluruh penduduk.Para penduduk itu berkumpul dan memakan
potongan mayat bersama-sama.Ketika memakan mayat itu bersama-sama, para
penduduk menyanyikan lagu yang mereka sebut dengan lagu kematian. Tak cukup
sampai di sana, mereka pun memenggal kepala si mayat. Otak mayat itu diambil,
kemudian dibungkus dengan daun sagu.Setelah itu, otak tersebut dipanggang untuk
dimakan bersama-sama.Betapa mengerikan.
Orang-orang Asmat
pandai membuat hiasan ukiran.Hebatnya, mereka membuat ukiran tanpa membuat
sketsa terlebih dahulu.Ukiran-ukiran yang mereka buat memiliki makna, yaitu
persembahan dan ucapan terima kasih kepada nenek moyang. Bagi Suku Asmat,
mengukir bukan pekerjaan biasa. Mengukir adalah jalan bagi mereka untuk
berhubungan dengan para leluhur.
Orang-orang Suku
Asmat percaya bahwa roh orang yang sudah meninggal dapat menyebabkan bencana
bagi orang yang masih hidup, menyebabkan peperangan, juga menyebarkan penyakit.
Untuk menghindari hal tersebut, orang-orang Suku Asmat akan membuat patung dan
menyelenggarakan berbagai macam pesta. Di antaranya adalah Pesta Bis, Pesta
Perah, Pesta Ulat Sagu, dan Pesta Topeng.
Ada banyak
pertentangan di antara desa asmat.yang paling mengerikan adalah cara yang
dipakai suku asmat membunuh musuhnya. ketika musuh bunuh, mayatnya dibawa
kekampung, kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk
memakan bersama. mereka menyanyikan lagu kematian dan memenggal kepalanya.
otaknya dibunngkus daun sago dan dipanggang kemudian dimakan.
Berhias
Kehidupan Suku
Asmat belum banyak terpengaruh oleh kehidupan modern.Salah satu contohnya
adalah kebiasaan berhias. Mereka masih berhias sesuai dengan cara mereka
sendiri. Mereka mencoreng wajah dengan berbagai warna. Warna-warna tersebut
mereka peroleh dengan cara yang sangat sederhana. Warna yang mereka gunakan
untuk menghias wajah adalah warna merah, putih, dan hitam.
Untuk warna merah,
mereka dapatkan dari tanah merah yang banyak di sekitar mereka.Warna
putih mereka dapatkan dari kulit kerang yang sebelumnya ditumbuk sampai
halus.Dan, warna hitam, mereka dapatkan dari arang kayu, yang juga ditumbuk
sampai halus. Selain budaya,
penduduk kampung syuru juga amat piawai membuat ukiran seperti suku asmat
umumnya.
Ukiran bagi suku
asmat bisa menjadi penghubung antara kehidupan masa kini dengan kehidupan
leluhur.di setiap ukiran bersemayam citra dan penghargaan atas nenek moyang
mereka yang sarat dengan kebesaran suku asmat.
Patung dan ukiran umumnya
mereka buat tanpa sketsa.bagi suku asmat kala menukir patung adlah saat di mana
mereka berkomunikasi dengan leluhur yag ada di alam lain. itu dimungkinkan
karena mereka mengenal tiga konsep dunia: Amat ow capinmi (alam kehidupan
sekarang), Dampu ow campinmi (alam pesinggahan roh yang sudah meninggal), dan
Safar (surga).
Percaya sebelum
memasuki dusurga< arwah orang sudah meninggal akan mengganggu manusia.
gangguan bisa berupa penyakit, bencana bahkan peperangan. Maka, demi
menyelamatkan manusia serta menebus arwah, mereka yang masih hidup membuat
patung dan mengelar pesta seperti pesta patung bis (Bioskokombi), pesta topeng,
pesta perahu, dan pesta ulat ulat sagu.
Konon patung bis
adalah bentuk patung yang paling sakral. namun kini membuat patung bagi suku
asmat tidak sekadar memenuhi panggilan tradisi. sebab hasil ukiran itu juga
mereka jual kepada orang asing di saat pesta ukiran. mereka tahu hasil ukiran
tangan dihargai tinggi antara Rp. 100 ribu hingga jutaan rupiah diluar papua.
Mata Percaharian
(Sistem Perekonomian)
Perekonomian
suku Asmat mulai dibangun oleh Belanda melalui cabang perusahaan Imex Lumber
Trade Company, bekerja sama dengan organisasi-organisasi penyiaran Agama
Katholik, Belanda dan Kristen Amerika. Adat istiadat penyuluhan dihapus oleh
Pemerintah RI dan melarang lembaga Yew, diganti dengan Balai Desa.Pembiayaan
pembangunaan Irian jaya diperoleh dari bantuan melalui FUNDWI (Fund for the
Development of West Irian).Peningkatan kesejahteraan suku Asmat terutama seni
patung dan seni ukir, serta membina seniman asli (wow ipits) untuk meningkatkan
kreativitasnya.
Orang-orang Asmat merasa
dirinya bagian dari alam.Karena itulah mereka sangat menghormati dan menjaga
alam sekitarnya bahkan, pohon di sekitar tempat hidup mereka dianggap menjadi
gambaran dirinya.Batang pohon menggambarkan tangan.Buah menggambarkan
kepala.Akar menggambarkan kaki.Sehari-hari orang Asmat bekerja di lingkungan
sekitarnya, terutama untuk mencari makan.Anak-anak harus membantu
orangtuanya.Mereka mencari umbi, udang, kerang, kepiting, dan belalang untuk
dimakan.Sementara itu para bapak menebang pohon sagu serta berburu binatang di
hutan.Bahan makanan yang sudah terkumpul dimasak oleh para ibu.Selain punya
tugas memasak, para ibu juga mempunyai tugas menjaring ikan di rawa-rawa.
Kebiasaan bertahan
hidup dan mencari makan antara suku yang satu dengan suku yang lainnya di
wilayah Distrik Citak-Mitak ternyata hampir sama. suku asmat darat, suku citak
dan suku mitak mempunyai kebiasaan sehari-hari dalam mencari nafkah adalah
berburu binatang hutan separti, ular, kasuari< burung< babi hitan<
komodo dll. mereka juga selalu meramuh / menokok sagu sebagai makan pokok dan
nelayan yakni mencari ikan dan udang untuk dimakan. kehidupan dari ketiga suku
ini ternyata telah berubah.
Dalam kehidupannya,
Suku Asmat memiliki 2 jabatan kepemimpinan, yaitu a. Kepemimpinan yang berasal
dari unsur pemerintah dan b. Kepala adat/kepala suku yang berasal dari
masyarakat.Sebagaimana lainnya, kapala adat/kepala suku dari Suku Asmat sangat
berpengaruh dan berperan aktif dalam menjalankan tata pemerintahan yang berlaku
di lingkungan ini. Karena segala kegiatan di sini selalu didiihului oleh acara
adat yang sifatnya tradisional, sehingga dalam melaksanakan kegiatan yang
sifatnya resmi, diperlukan kerjasama antara kedua pimpinan sangat diperlukan
untuk memperlancar proses tersebut.
Sistem Politik
(Pemerintahan)
Dalam
sistem politik kemasyarakatan Asmat terdapat struktur paroh masyarakat dan
pimpinan suku bangsa Asmat.
1.
Struktur Paroh Masyarakat
Masyarakat
suku bangsa Asmat juga mengenal struktur paroh masyarakat atau aipem.Pemimpin
aipem berinisiatif\ membicarakan pelaksanaan suatu aktivitas berburu, berkebun,
merencanakan pengayuan yang memerlukan banyak orang.
2.
Pemimpin Suku Asmat
Pemimpin
suku Asmat sederajat dengan warga lain, tetapi ia harus pandai dan ahli dalam
pekerjaan atau aktivitas sosial tertentu. Ahli lain yang dianggap lebih
terhormat dari pada pemimpin adalah seniman pahat atau wow ipits.
Dalam kehidupannya, Suku
Asmat memiliki 2 jabatan kepemimpinan, yaitu
a. Kepemimpinan yang berasal dari unsur
pemerintah dan
b. Kepala adat/kepala suku yang berasal dari
masyarakat.
Sebagaimana
lainnya, kapala adat/kepala suku dari Suku Asmal sangat berpengaruh dan
berperan aktif dalam menjalankan tata pemerintahan yang berlaku di lingkungan
ini. Karena segala kegiatan di sini selalu didiihului oleh acara adal yang
sifatnya tradisional, sehingga dalam melaksanakan kegiatan yang sifatnya resmi,
diperlukan kerjasama antara kedua pimpinan sangat diperlukan untuk memperlancar
proses tersebut.
Bila kepala suku telah mendekati ajalnya,
maka jabatan kepala suku tidak diwariskan ke generasi berikutnya, tetapi
dipilih dari orang yang berasal dari fain, atau marga tertua di lingkungan
tersebut atau dipilih dari seorang pahlawan yang berhasil dalam peperangan.
Sistem Kesenian
Kesenian
suku bangsa asmat erat kaitannya degan kehidupan religinya.Benda-benda kesenian
asmat yang amat menarik adalah tiang-tiang Mbis dan perisai-perisai. Mbis dan
perisai itu dapat diklasifikasikan kedalam 4 daerah yaitu :
a. Gaya
seni Asmat Hilir dan hulu sungai yang mengalir ke dalam teluk flamingo dan arah
Pantai Casuarina benda kesenian gaya ini tergolong paling terkenal sejak tahun
1912. Sejak zaman ekspedisi militer Belanda pertama mereka tertarik pada
tiang-tiang Mbis dengan patung-patung yang tersusun dari atas ke bawah menurut
tata urut silsilah nenek moyang.
b. Gaya
Seni Asmat Barat Laut Kesenian perisai orang asmat barat laut berbentuk lonjong
dengan bagian bawah yang agak melebar dan biasanya lebih padat dibanding
perisai kesenian Asmat Hilir.
c. Gaya
Seni Asmat Timur Laut tampak khusus pada bentuk hiasan perisai yang biasanya
berukuran sangat besar, kadang-kadang sampai melebihi tinggi orang.
d. Gaya
Seni Asmat Daerah Sungai Brazza, hal yang membuat gaya seni Asmat daerah sungai
Brazza berbeda dengan yang lain adalah bagian kepalanya yang biasanya terpisah
dari badan.
e. Patung
bis, adalah bentuk patung yang paling sakral. Namun kini membuat patung bagi
Suku Asmat tidak sekadar memenuhi panggilan tradisi, sebab hasil ukiran itu
juga mereka jual kepada orang asing di saat pesta ukiran.Mereka tahu hasil
ukiran tangan dihargai tinggi antara Rp 100 ribu hingga jutaan rupiah di luar
Papua.Patung dan ukiran umumnya mereka buat tanpa sketsa. Bagi Suku Asmat, di
saat mengukir patung adalah saat di mana mereka berkomunikasi dengan leluhur
yang ada di alam lain. Hal itu dimungkinkan karena mereka mengenal tiga konsep
dunia: Amat ow
capinmi (alam kehidupan sekarang), Dampu ow campinmi
(alam pesinggahan roh yang sudah meninggal), dan Safar
(surga).
f. Jenis
tarian-tarian yang kita kenal di Suku Asmat : Tarian ular menghormati Maapuru
puau, Tari Manaweang , Tejalu Meto’e, Tarian Iyaphae Oophae , Tarian akhokoy.
Rumah
Adat
Suku Asmat memiliki
rumah adat suku Asmat bernama Jew (Rumah
Bujang).Rumah Jew memang memiliki posisi yang istimewa dalam struktur
suku Asmat. Di rumah bujang ini, dibicarakan segala urusan yang
menyangkut kehidupan warga, mulai dari perencanaan perang, hingga keputusan
menyangkut desa mereka.Jew adalah tempat yang dianggap sakral bagi suku Asmat.Ada
sejumlah aturan adat di dalamnya yang harus dipelajari dan dipahami oleh orang
Asmat sendiri, termasuk syarat membangun Jew.
Di
dalam rumah adat suku Asmat ini juga tersimpan persenjataan suku Asmat seperti,
tombak, panah untuk berburu, dan Noken.
Noken adalah serat tumbuhan yang dianyam
menjadi sebuah tas. Tidak sembarang orang boleh menyentuh noken yang
disimpan di dalam rumah adat suku Asmat ini. Noken ini dipercaya dapat
menyembuhkan berbagai penyakit.Ada syarat dan terapi-terapi tertentu yang harus
dipatuhi pasien dan dipastikan sembuh.
Seorang
suku asmat di rumah bujang tersebut menceritakan bahwa pasien yang berobat
secara adat, asal mematuhi aturan-aturan tersebut, kelak akan sembuh dalam
waktu singkat.
Berikut beberapa hal menyangkut rumah adat
suku Asmat (Jew) :
- Rumah adat suku Asmat yang dibuat dari kayu ini selalu didirikan menghadap ke arah sungai.
- Panjang rumah adat suku Asmat ini bisa berpuluh-puluh meter. Bahkan ada Jew yang panjangnya bisa sampai lima puluh meter dengan lebar belasan meter.
- Sebagai tiang penyangga utama rumah adat suku Asmat, mereka menggunakan kayu besi yang kemudian diukir dengan seni ukir suku Asmat
- Mereka tidak menggunakan paku atau bahan-bahan non alami lainnya, tapi orang Asmat menggunakan bahan-bahan dari alam seperti tali dari rotan dan akar pohon.
- Atap rumah adat suku Asmat ini terbuat dari daun sagu atau daun nipah yang telah dianyam. Biasanya warga duduk beramai-ramai menganyamnya sampai selesai.
- Jumlah pintu jew sama dengan jumlah tungku api dan patung bis. Patung Bis mencerminkan gambaran leluhur dari masing-masing rumpun suku Asmat. Mereka percaya patung- patung ini akan menjaga rumah mereka dari pengaruh jahat.Jumlah pintu ini juga dianggap mencerminkan jumlah rumpun suku Asmat yang berdiam di sekitar rumah adat suku asmat.
Praktik Kanibalisme
Ketika terjadi pertentangan, suku
Asmat membunuh musuhnya dan mayatnya dibawa ke kampung, kemudian dipotong dan
dibagikan kepada seluruh penduduk untuk dimakan bersama.Mereka menyanyikan lagu
kematian dan memenggalkan kepalanya.Otaknya dibungkus daun sago yang dipanggang
dan dimakan.Seiring perkembangan zaman, hal ini sudah tidak pernah terjadi lagi.
Persebaran
Suku asmat tersebar dan mendiami
wilayah disekitar pantai laut arafuru dan hutan belantara di pegunungan
jayawijaya. Dalam kehidupan suku Asmat, batu sangat berharga bagi mereka dan
dapat dijadikan sebagai mas kawin. Hal ini karena tempat tinggal suku Asmat
yang berada di rawa-rawa sangat sulit menemukan batu-batu yang berguna untuk
membuat kapak, palu, dan sebagainya.
Kesimpulan
Menurut
saya kebudayaan apapun yang ada di negara kita tercinta yaitu Indonesia harus
kita hargai sebagai warisan peninggalan nenek moyang kita. Kita harus menjaga
kebudayaan tersebut dan kita kenalkan pada penerus kita nanti. Kita sebagai rakyat Indonesia
harus bangga dengan budaya asli tanah air kita, kita harus melestarikan budaya
tersebut. Dan pemerintah harus menindak tegas jika ada yang mengambil
kebudayaan nasional negara kita, kebudayaan adalah warisan leluhur kita jadi
kita sebagai bangsa Indonesia bersama-sama menjaga kebudayaan nasional kita.
Kalo tidak sekarang kapan lagi dan kalau bukan kita siapa lagi.
Sesuai
dengan Semboyan negara kita “Walaupun Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu Jua” yang
berarti walaupun kita berbeda Agama, Suku, Ras dll kita harus tetap satu yaitu
Bangsa Indonesia. Kita bersama-sama membangun negeri ini untuk kemajuan negeri
ini dan kita lah yang akan merasakan hasilnya seperti pepatah mengatakan
“Barang siapa yang menanan pasti akan memetik” Jadi apa yang kita lakukan pada
negeri ini pasti kita akan merasakan hasilnya jerih payah yang kita lakukan.
Saran
Adapun saran yang ingin saya sampaikan kepada
pembaca adalah agar makalah ini dapat menambah pengetahuan lagi mengenai
kebudayaan Indonesia.Selain itu, diharapkan juga agar para pembaca dapat mengenal
atau mengetahui kebudayaan yang ada di Indonesia.Sehingga, kita dapat
bersama-sama melestarikan budaya Indonesia yang ada.Agar kita tidak lebih
banyak lagi kehilangan budaya kita.
Suwarto
W.A, AgusSumali. (2007). IlmuPengetahuanSosial, Bandung:Yudhistira.
shttp://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Asmatunting
(Di aksespadatanggal 21 Januari 2012, pukul 21:32 WIB)
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1893522-suku-asmat/#ixzz1k6R8ygcG
(Di aksespadatanggal 21 Januari 2012, pukul 21:34 WIB)
http://www.lestariweb.com/Indonesia/Papua_People_Asmat.htm
(Di aksespadatanggal 21 Januari 2012, pukul 21:36 WIB)
http://www.katcenter.info
(Di aksespadatanggal 21 Januari 2012, pukul 21:38 WIB)
hhttp://asmat-galery.blogspot.com/ttp://www.infopapua.com
(Di aksespadatanggal 21 Januari 2012, pukul 21:40 WIB)
http://budayapapua.wordpress.com
(Di aksespadatanggal 21 Januari 2012, pukul 21:43 WIB)
http://aspal-putih.blogspot.com/2011/07/mengenal-suku-asmat-di-papua.html#ixzz1k6RbZLQ0
(Di aksespadatanggal 21 Januari 2012, pukul 21:46 WIB)
http://galihpiero.multiply.com/journal/item/9?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
(Di aksespadatanggal 21 Januari 2012, pukul 21:49 WIB)
http://andaru24.wordpress.com/2011/05/26/suku-asmat/
(Di aksespadatanggal 21 Januari 2012, pukul 21:50 WIB)
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Asmat
diaksestanggal 20 januari 2015
http://www.academia.edu/7723813/Makalah_suku_Asmat_print
diaksestanggal 20 januari 2015
Saya ingin tau mengapa suku Asmat sulit berkembang?
BalasHapusSaya mau jual cepat koleksi pribadi: patung irian totem embis (tumpukan orang) setinggi 2,5m, pahatan halus dari kayu utuh warna hitam asli irian, dan patung dinding Naga Yogya dari kayu jati utuh, ukuran 1x0,5m
BalasHapusHub. WA/ sms 081808189285
Lenteng Agung, Jakarta Selatan